Jumat siang yang cerah, aku
sedang tidur-tiduran di kamar. Salah seorang mbak kos masuk kamar ku. Dia
membawa beberapa strip obat. Sempat berpikir mbak kos ini ingin jualan obat.
Tapi ternyata bukan. Jadi begini ceritanya, Dua minggu tidak terlihat, Fahri, Cucu
ibu kos ternyata dirawat di rumah sakit. Terkena penyakit Difteri. Penyakit Difteri
ini penyakit yang menular, yang disebakan oleh bakteri. Dan penularannya pun
bisa melalui udara. Ibu Fahri sudah tertular penyakit ini. Jadilah, kami satu
kosan harus meminum obat ini yang ternyata adalah antibiotic yang berguna untuk
pencegahan penularan penyakit Difteri ini. Mbak kos menjelaskan, obat ini harus
di minum 4 kali sehari, sebelum atau setelah makan. Tetapi siang itu aku tidak
langsung meminumnya. Sore hari baru ku minum. Itu juga setelah aku searching
tentang penyakit Difteri. Ternyata penyakitnya lumayan serem juga. Bisa
menyebabkan penyakit jantung, ginjal, bahkan yang terparah bisa menyebabkan kematian.
Setelah shalat Ashar, aku menyuci
pakaian di kamar mandi. Saat hampir selesai menyuci, tiba-tiba perutku terasa
sakit. Rasanya itu seperti lapar, tapi lapar yang banget banget banget! Sampai
periiiih sekali rasanya. Badanku juga rasanya lemas. Sambil menahan rasa sakit,
aku melanjutkan menyuci. Selesai menyuci, aku langsung masuk ke kamar. Aku
berbaring sambil memegang perutku yang kesakitan. Sambil sesekali mengaduh. Rasanya
LAAAAPAAAAR SEKALI…
Setelah itu aku kembali ke
kamarku. Nasinya sudah matang. Akhirnya aku makan dengan sayur sop dan abon. Tetapi,
saat di mulut, nasi dan teman-temannya itu rasanya susah sekali di kunyah.
Apalagi ditelan. Saat suapan yang ketiga, aku merasa mual. Aku langsung ke
kamar mandi dan memuntahkan yang sebelumnya ku makan. Rasanya tidak enak
sekali. Setelah itu aku minum air sebanyak-banyaknya. Mbak kos yang sebelumnya
mengejekku memanggil. Saat aku masuk ke kamarnya, dia sedang tiduran sambil
memegangi perutnya. Ternyata dia juga sakit perut. Sama seperti yang aku
rasakan. Aku tertawa melihatnya. Mengingat sebelumnya dia mengejekku, sekarang
malah merasa sakit juga. Tetapi hanya kami berdua yang merasa sakit. Yang lain
tidak. Jadi kami masih belum bisa menyalahkan obat itu. Karena rasa lapar yang
benar-benar Lapar, habis magribh aku membeli makan bersama temanku. Saat sedang
menunggu pesanan kami dibuat, tiba-tiba temanku mengaduh padaku. Dia menyandar
di bahuku. Perutnya terasa perih. Rupanya obat yang diminum sudah mulai
bereaksi. Tidak lama setelah itu, mbak kos ku yang lainnya membeli makanan di
tempat yang sama dengan kami. Kami pun bercerita masalah obat antibiotik itu.
Ternyata, mbak kos ku itu juga perutnya perih. Awalnya dia mengira maagnya
kambuh. Dia sampai meminum obat maag untuk menghilangkan sakit perutnya itu.
Dan setelah itu dia juga merasa lapar. Setelah membeli makanan, kami langsung
pulang ke kos. Dan makan bersama-sama di kamar mbak yang mengejekku sebelumnya.
Kami makan dengan lahapnya. Seperti orang yang belum makan 3 hari. Rasanya
benar-benar lapar. Selesai makan, Alhamdulillah, rasanya kenyang. Kami pikir, mungkin
ini hanyalah efek awal dari obat itu, tubuh sedang berusaha menyesuaikan.
Malam sebelum tidur aku minum
obat itu lagi. Saat tengah malam aku terbangun. Aku merasa lapar. Padahal di
kamarku tidak ada apa-apa yang bisa dimakan. Akhirnya aku memutuskan untuk
tidur sambil menahan rasa lapar itu.
Puncaknya adalah pada hari sabtu.
Hari kedua aku meminum obat itu. Sebelum minum obat yang kedua, perutku
sebenarnya sudah merasa sakit. Tetapi kata temanku, setelah minum obat itu
lagi, perutnya malah tidak sakit. Ya sudah, aku langsung meminum obat itu. Saat
itu aku sedang berada di kampus. Berkumpul dengan teman-teman. Kami akan pergi
ke Batu. Ada acara pembubaran panitia. Sejam setelah meminum obat aku merasa
perutku tidak enak. Rasanya lemas. Aku langsung masuk ke ruangan, tiduran. Aku
menahan sakit perutku. Nafas ku juga rasanya sesak. Temanku, yang juga satu
kosan denganku menyarankanku untuk membatalkan kepergianku ke Batu jika memang
aku sakit. Aku sebenarnya ingin sekali ikut. Tetapi aku takut aku akan
merepotkan teman-temanku di sana. Akhirnya aku memutuskan untuk pulang ke kos.
Seorang teman mengantarkanku pulang.
Aku baru sadar. Kenapa aku yang
paling cepat muncul reaksinya dan bisa dibilang yang sakitnya paling parah
juga. Ternyata, karena obatnya ku kunyah. Aku paling tidak bisa untuk menelan
obat. Rasanya tidak bisa tertelan. Meski sudah ku coba, obatnya malah kembali
lagi. Jadi, meskipun obatnya sepahit apapun, aku tetap mengunyah obat itu. Mau
bagaimana lagi?
Sampai di kos, keadaanku tambah
parah. Nafasku rasanya sesak, perutku juga rasanya sakiiiiit sekali. Aku sampai
menangis karena tidak kuat menahan sakit. Setelah itu perutku rasanya mual. Aku
langsung lari ke kamar mandi. Aku muntah. Terasa di mulutku rasa pahit dari
obat itu. Sepertinya lambungku menolak obat itu makanya sampai dimuntahkan. Di
kamar mandi aku sampai lemas. Padahal di dalam tubuhku sudah tidak ada apa-apa,
tapi aku terus muntah. Perutku rasanya sakiiiit sekali. Aku berusaha tidak
pingsan di kamar mandi.
Kembali ke kamar, aku tiduran.
Lalu mengirim SMS pada Ummi ku. Memberitahu kalau aku rasanya sesak sekali.
Setelah itu ummi ku menelepon. Aku menjawab dengan nafas tersengal-sengal. Ummiku
menyuruhku untuk ke Dokter. Lima belas menit kemudian, adikku datang menjemput.
Dia langung mengantarku ke rumah sakit. Untuk diperiksakan.
Sampai di rumah sakit, adikku
mengurus administrasinya terlebih dahulu. Aduuuuh…
Ribet ya… Orang lagi sakit masih harus ngurus ini itu dulu. Harusnya
disegerakan diperiksa dong… omelku dalam hati sambil menahan sakit pada
perutku. Setelah selasai mengurus administrasi, aku masuk ke ruangan dokter.
Seorang perawat men-tensi ku. Tetapi aku lupa bertanya berapa tekanan darahku
kemarin. Gara-gara rasa sakit itu. Dan aku memberitahukan keluhan-keluhanku
pada Dokter. Juga aku bercerita jika aku sakit perut setelah meminum obat antibiotik
Difteri. Juga yang masalah cucu ibu kos yang terkena Difteri sehingga satu
kosan harus minum obat itu. Aku tuh berharaaaap sekali Dokter itu menyuruhku
untuk berhenti mengkonsumsi obat itu karena ternyata tidak cocok untukku. Tapi
ternyata, TIDAK!!! Aku disuruh untuk tetap mengkonsumsi obat itu, dan aku
diberi obat untuk menghilangkan rasa sakit perut dan mual itu. Hiks, Dokternya
nggak pengertian banget deh. Aku kalau mau meminum obat itu lagi, sudah
terbayang rasa sakitnya.
Setelah adikku menebus obat di Apotek tumah sakit,
kami keluar dari rumah sakit menuju ke parkiran. Belum sampai parkiran, aku
muntah lagi. Perutku yang kosong dipaksa mengeluarkan isinya. Rasanya sakiiit
sekali. Dan aku lemas. Rasanya ingin segera berbaring di tempat tidur.
Sampai kos aku langsung tidur.
Sambil menahan sakit. Satu jam kemudian adikku datang membawa bubur ayam, teh hangat
dan biskuit marie pesananku. Karena aku tidak kuat bangun, aku minta tolong
adikku temanku untuk mengambilkannya. Setelah aku kuat bangun, aku mencoba
untuk makan bubur itu. Baru mencium baunya saja sudah mual. Tetapi aku
memaksakan diri untuk makan. Perutku kosong. Jadi harus segera diisi karena aku
harus mibum obat. Setengah jam sebelum makan bubur, aku sudah meminum obat dari
dokter. Ada dua. Yang satu pil putih kecil, yang satunya kapsul. Aku belajar
untuk menelan obat. Saat pil kecil, aku berhasil menelannya. Tetapi saat
mencoba menelan kapsul, gagal terus. Sudah sampai ujung kerongkongan, kembali
lagi. Tidak bisa tertelan. Ku coba sampai minum berkali-kali agar tertelan. Bahkan
rasanya kapsul itu sudah mencair di dalam mulutku. Setelah itu baru aku bisa
menelannya. Setengah jam setelah makan aku minum obat dari dokter, berupa sirup.
Sebenarnya sih kata dokter setengah jam setelah makan itu yang diminum obat
sirup itu dan antbiotik Difterinya. Tapi, aku hanya meminum sirupnya saja.
Perutku masih belum hilang sakitnya. Jika aku meminum antibiotik itu lagi, aku
takut perutku akan bertambah sakit.
Satu jam kemudian perutku agak
mendingan. Masih sakit sih, tetapi lebih baik dari sebelumnya. Mbak kosku yang
sebelumnya mengejekku, masuk kamarku. Wajahnya terlihat pucat dan lemas. Dia
baru pulang dari Pujasera tempat dia bekerja. Katanya disana dia muntah-muntah.
Dua gelas teh yang dia minum tidak membuat keadaannya lebih baik. Makin lama
perutnya terasa semakin sakit. Sangat sakit. Ternyata sebelumnya mbak kos ku
ini minum antibiotiknya langsung dua. Pantas saja dia merasa sangat kesakitan. Satu
saja sakitnya sudah minta ampun, apalagi dua. Ya kan? Karena tidak kuat menahan
sakit, mbak kos ku ini akhirnya ke dokter langganannya. Sama sepertiku. Dia
diberi obat anti muntah dan penghilang sakit perutnya. Ternyata, dari Dokter
langganan mbak kos ku itu, baru diketahui. Sebenarnya bukan obatnya yang salah.
Dosisnya yang memang segitu. Tetapi ternyata, efek sakit perut itu karena minum
obat itu sebelum makan, padahal mempunyai penyakit maag. Oh… pantas saja kami
satu kos pada sakit perut, karena kami mempunyai penyakit maag juga. Jadi,
kalau yang mempunyai maag minum antibiotiknya setengah jam setelah makan.
Bangun tidur keadaanku rasanya
segar. Awalnya ingin berhenti minum antibiotic. Tetapi jika mengingat akan
bahaya penyakit Difteri, aku memutuskan untuk meminum sesuai yang dokter
sarankan. Saat sore hari perutku terasa agak sakit. Tetapi sakitnya tidak
terlalu parah sih.
Masih kurang empat hari lagi kami
harus meminum obat ini. Rasanya lama sekali. Aku ingin segera hidup normal
tanpa obat-obatan. Jika sudah merasakan yang seperti ini, baru menyadari, KESEHATAN
ITU TIDAK TERNILAI HARGANYA.
Artikel yang luar biasa, sungguh enak dibacanya,
BalasHapusI like it.. ^_^
Terima kasih :)
HapusAhahaaaduh... Kalo udah berhubungan sama perut, susah digambarin deh sakitnya <-- pengalaman juga -_-"
BalasHapusudah sembuh blm skrng? *ceritanya khawatir*
heihoi, msh inget soal tuker2an doodle? check my blog, sis :)
Terima kasih ya doodlenya :)
Hapushello dari Canada. Kenal di partisipen de PPP dan CWY di Desa Tolowata. Kirim e-mail untuk valuevillagereject@hotmail.com. nama saya: Don Thomas
BalasHapusHai kak salam kenal. Randomly, i found this blog. I knew this was posted a long time ago tapi aku mau komen jg klo aku juga sedang minum erythromycin 4x1 selama 10 hari dan benar2 gila efeknya bikin sesak dan nyeri 😢.
BalasHapus