Sabtu, 02 Juli 2011

Surat cintaku yang pertama


“ Teng… Teng… Teng… “ Bel telah berbunyi. Saatnya untuk pulang. Nia segera menaruh buku dan pulpen ke dalam tasnya. Saat dia akan keluar kelas, Alan menghampirinya dan memberikan sebuah amplop. Tentu saja dengan diam-diam. Karena Alan takut teman-teman yang lain melihat. Tanpa mengucap sepatah katapun, Alan langsung pergi meningggalkan Nia. Mungkin dia malu, sebab Nia melihat wajah Alan agak memerah sewaktu memberikan amplop itu. Dengan sigap, Nia buru-buru memasukkan amplop merah hati itu ke dalam tasnya. Dia juga takut teman-teman melihat. Malu!
            Begitu sampai di rumah, Nia langsung menuju kamarnya. Dia ingin membaca isi surat dalam amplop merah hati yang diberikan oleh Alan sepulang sekolah tadi. Sebelum membacanya, Nia mengunci pintu kamarnya. Takut ada yang melihat, dan tentu saja agar tidak ada yang menganggunya membaca surat cinta pertamanya.
Dengan jantung yang berdetak tak karuan, Nia membuka amplop dan mulai membaca kertas di dalamnya.



6 Desember 2007

Dear Nia
Cinta memang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata, tetapi saat ini hatiku yang akan bicara. Melalui surat ini aku ingin mengungkapkan seluruh isi hatiku yang selama ini terpendam dan sulit ku ungkapkan. Dengan ketulusan cinta, akan ku ungkapkan segalanya.
Untuk engkau ketahui. Dalam pujangga hati cinta bukan sekedar ungkapan hati yang haus akan kasih sayang. Tetapi ketulusan dan kesetiaan akan beriringan dengan hati yang suci. Cinta hanya menginginkan ketulusan.
Nia, sejak pertama kali melihatmu, aku merasakan ada sesuatu yang lain di hatiku. Sesuatu yang membuat hatiku bergetar saat membayangkan wajahmu, namamu, dan segala tingkah laku mu. Apalagi senyummu yang teramat manis. Tidak bisa hilang dibenakku.
Terkadang aku selalu bertanya-tanya dalam hati. Apa ya yang sedang Nia lakukan sekarang? Dia sudah makan belum ya? Banyak pertanyaan muncul dibenakku. Setiap waktu yang ku pikirkan hanya dirimu, Nia.
Apakah ini yang dinamakan jatuh cinta?
Nia, namamu telah terukir di hatiku. Sepanjang hidup ku, aku takkan melupakan saat-saat indah yang kulalui bersamamu.
Nia, aku ingin bertanya padamu. Apakah kau mempunyai perasaan yang sama dengan ku? Aku ingin kau menjawab dengan sejujurnya dari lubuk hati yang terdalam. Aku akan menerima apapun jawabanmu, karena cinta itu tidak bisa dipaksakan.

 Dari Yang Mencintaimu








   Alan


Jantung Nia berdegup kencang, wajanya memerah bagaikan tomat. Dia tidak menyangka bahwa selama ini ternyata Alan menyukainya. Berarti cintanya tidak bertepuk sebelah tangan. Dengan tersenyum Nia segera menuju meja belajarnya. Mengambil kertas dan pulpen, dan segera menulis surat balasan untuk Alan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

bagi2 komentnya ya... ^_^