Jumat, 29 April 2011

The Power of Woman : Mencari Perempuan Indonesia

Setahun yang lalu, tepatnya tanggal 26 Desember 2009 saya mengikuti sebuah talkshow yang diselenggarakan oleh sebuah LSM kewanitaan, yaitu LSM Lingkar Perempuan. Di dalam talkshow tersebut dibahas tentang kontribusi perempuan dari beberapa sisi, diantaranya adalah dari segi pengabdian masyarakat, karya, dan profesi. Meski sudah lewat satu tahun belakangan, tapi saya tuliskan kembali di sini dalam rangka hari Ibu.
Salam sayang untuk seluruh perempuan di seluruh dunia,
Selamat membaca.

1. Tri Mumpuni (direktur IBEKA, penggiat mikro minihidro)
Mikro minihidro adalah pembangkit tenaga listrik yang digerakkan oleh air. Spesialisasi inilah yang dipilih oleh Bu Puni, panggilan akrab beliau, untuk mengejawantahkan visi hidupnya untuk bermanfaat bagi orang lain.
Beliau menjelaskan bahwa 110 dari 240 juta orang Indonesia belum menikmati listrik, terutama di desa. Padahal, desa mempunyai potensi ekonomi yang sangat besar jika kita mau sabar dalam mengolahnya. Misalkan saja jika penduduk desa tersebut berternak sapi, sapi tersebut akan menghasilkan 40 kg kotoran per harinya. Jika kotoran tersebut diolah menjadi pupuk atau gas, maka cukup untuk menghidupi satu keluarga. Sayangnya belum banyak orang yang mau mengolah desa. Dengan kesabarannya dan kecintaannya pada desa, Bu Puni ini ingin membangun desa, terutama dalam hal pengadaan listrik. Beliau yakin, dengan kesabaran dan ketekunan Allah akan menolong kita.

Mendidik satu laki-laki berarti mendidik satu kepribadian, sedang mendidik satu perempuan berarti mendidik satu generasi. Quote tersebut yang paling saya ingat saat Bu Puni menyampaikan materinya. Beliau menceritakan bahwa ekonomi kerakyatan banyak digerakkan oleh tenaga wanita. Misalkan dalam satu ceritanya, di sebuah daerah pedesaan(saya lupa daerah percisnya dimana), sulit sekali untuk mendapatkan air. Daerah tersebut berkontur lembah dimana untuk mencukupi kebutuhan air, para perempuan/ibu-ibu lah yang harus mengambilnya. Untuk mengambil air, mereka harus berjalan kaki, mendaki selama 7 jam hingga akhirnya kembali lagi ke tempat penampungan air di desa. Air tersebut akan dinikmati oleh semua warga. Jika ibu-ibu tersebut sudah tidak kuat untuk mencari air, maka ada sebuah norma kultural bahwa sang suami berhak untuk menikah lagi. How can??! Itulah yang ada di benak saya pada saat itu, tapi ini realita. Namun dengan adanya pompa air yang dibangun di desa tersebut, air dari atas dipompa hingga bisa sampai ke lembah dan para ibu tidak perlu lagi mendaki untuk mencari air. Akibatnya mereka jadi menganggur selama 7 jam setiap harinya. Namun perempuan, selalu punya sense sebagai tulang punggung. Mereka memanfaatkan waktu kosong tersebut untuk membuat tikar dari bahan alam yang tersedia. Hingga akhirnya mereka mendapatkan pendapatan tambahan dari tikar tersebut.
Tangan kiri memegang bayi, tangan kanan mengguncang dunia
Selama ini kita perhatikan bahwa beberapa talkshow berjenis Power of Woman (bagaimana perempuan juga bisa punya kekuatan) adalah tipe-tipe feminist, dimana disana disuarakan bagaimana perempuan bisa melakukan apa saja tanpa laki-laki. Namun talkshow ini sungguh berbeda. Dalam sela-selanya paparannya tentang peranan perempuan, Bu Puni menjelaskan bahwa sebagai perempuan kita juga punya kewajiban sebagai ibu. Cerita beliau yang lain, ketika suatu ketika beliau harus menjadi salah satu pembicara di stasiun TV swasta, berkenaan dengan Mikro Minihidro, saat yang bersamaan pula anak beliau harus dioperasi. Betapa ini adalah sebuah pilihan yang sulit. Namun sebagai ibu, beliau akhirnya memilih untuk menunggui anaknya di ruang operasi. Dari cerita tersebut saya menyimpulkan sesuatu, yaitu perempuan bebas untuk mengejar cita-citanya, berjuang untuk apa yang ia suarakan, berpendidikan setinggi mungkin, memiliki karir yang gemilang, namun ketika mereka dibutuhkan di rumah, maka mereka harus ada untuk itu. Dan itulah yang membedakan antara feminist dan bukan feminist.
Berapa banyak laki-laki yang melakukan korupsi akibat istrinya
Nah, kalau yang ini mungkin akan menyindir kita sebagai perempuan. Harta, tahta, dan..? lain-lain . Wajar jika perempuan mencintai keindahan, misalkan perhiasan, baju-baju, dan lain hal yang sangat kodrati. Namun, yang salah adalah ketika kecintaan perempuan tersebut akan perhiasan dan baju-baju indah menjadi motivasi suaminya untuk melakukan tindak korupsi. Naudzubillahimindzalik.


2. Adenita (Penulis novel best seller, 9 Matahari ; Penyiar radio Delta FM Jkt)


Menemukan lentera jiwa, your time is limited
Awal paparannya, Mbak Adenita ini memutarkan video klip Nugie-Lentera Jiwa. Jadi di vk nya diceritakan, beberapa orang yang kuliah di perguruan tinggi dengan jurusan tertentu, namun menjalani dunia kerja yang sangat berbeda dengan apa yang ia pelajari di bangku kuliah. Mbak Adenita ini lalu bertanya, “Ada yang mengalami hal kayak gitu juga?”. Satu orang peserta angkat tangan. Ia menceritakan bahwa semasa kuliah dulu ilmu yang digelutinya di bidang Sastra Prancis, namun kini ia menekuni bisnis kuliner. Maka tidak ada yang salah dari hal tersebut. Lentera jiwa, kecenderungan jiwa lah yang akan menggerakan seseorang. Betapa hampanya orang yang tidak menemukan lentera jiwa nya sepanjang hidupnya. Dan karena waktu kita terbatas, carilah lentera jiwa yang bisa membuat kita bergerak.
Perempuan itu tiang negeri, manakala baik perempuannya, maka baiklah negerinya. Manakala rusak perempuannya, maka rusaklah negerinya
Quote ini ada di halaman awal dari slide Mbak Adenita, yang juga merupakan hadist Rasulullah. Ya, karena dari perempuanlah generasi itu lahir, maka sebuah negeri akan baik ketika perempuannya pun baik. Seorang manusia bisa menjadi apa yang ia inginkan selama ia berada dalam lingkungan yang tepat. Oleh karena itu ketika perempuan ini ingin baik, maka ia pun harus berada dalam lingkungan yang baik.
Difficult, yes! ; Impossible, no!
Cerita tentang bagaimana Mbak Adenita ini menulis buku 9 Mataharinya sungguh inspiratif. Ia menceritakan bahwa ia memang punya keinginan untuk menulis buku. Namun ia tidak mempunyai laptop, bahkan komputer yang bisa membantunya untuk memudahkannya menulis. Hal tersebut tidak dijadikan hambatan baginya. Ia membawa sebuah notebook kecil kemanapun ia pergi. Hingga saat terpikir sebuah ide, maka akan dituliskannya. Begitupun rasa optimis yang ia miliki telah membuatnya berinisiatif mencari pinjaman komputer selama satu bulan. Hal yang biasa? Tidak, karena monitor dan CPU nya berasal dari teman yang berbeda. Dua buah benda tak terpakai ini kemudian ia gabungkan menjadi sebuah komputer siap pakai yang memudahkannya untuk menulis novel. Sebuah hikmah besar, kata Mbak Adenita, analoginya seperti ketika kita menggunakan lampu jauh pada mobil dan kita tak menemukan jalan. Tapi janganlah berhenti berjalan, gunakanlah lampu dekat, pasti ada jalannya. Kurang lebih begitu,
POSITIVE ACTION : latihan, cari peluang, lawan keterbatasan, bangun jaringan, saling memberi dukungan, dan berpikir positif.
Yad Bhavam Tat Bhavati ; as you think, so you become!

3. Ike Hikmawati (Anggota Komisi IX DPRD kota Cimah)


Perempuan di kancah politik
Ibu Ike ini adalah seorang ibu yang juga anggota DPRD terpilih pada pemilu kemarin. Beliau menceritakan tentang aktivitasnya sebagai anggota DPRD, bahwa hak-hak perempuan, harus perempuan sendiri lah yang memperjuangkan. Mungkin laki-laki tau akan hak-hak perempuan. Namun, tidak akan sedetail ketika yang menyuarakan adalah perempuan sendiri. Oleh karena itulah harus ada perempuan yang bergerak di kancah politik.
Laki-laki atau perempuan jika mengerjakan kebaikan, maka balasannya sama saja
Dari salah satu ayat Al-Quran surat an-nahl : 97, bahwa terlepas dari orang tersebut laki-laki atau perempuan, jika ia mengerjakan sebuah kebaikan, maka balasannya pun akan sama. Maka tak ada yang menghalangi perempuan untuk berbuat suatu kebaikan. Malahan semestinya perempuan dan laki-laki saling tolong menolong, bukan saling menjatuhkan.
Politik bukan hanya kewajiban orang yang berkecimpung di dunia politik
Berapa banyak orang yang berpikir bahwa politik merupakan pekerjaan orang-orang tertentu saja. Namun, Bu Ike mengatakan bahwa inti dari politik adalah islah (perbaikan). Maka dari itu sebenarnya politik bukan hanya kewajiban orang yang berkecimpung di dunia politik saja, tapi semua orang harus berpartisipasi.
Hal menarik yang saya dapat dari beliau adalah bagaimana beliau bisa memaknai semua kegiatannya. Sebagai seorang perempuan dan anggota legislatif, setiap harinya banyak sekali agenda yang harus dikerjakan. Hingga semua agenda tersebut mungkin baru selesai jam 2 pagi keesokan harinya. Lalu betapa beratnya ketika beliau menyadari, di akhirat kelak beliau harus mempertanggunjawabkan sekian ratus kesejahteraan warga kota Cimahi. Namun Bu Ike ini berkata, bahwa kita harus belajar menyukai apa yang kita kerjakan, jangan hanya mengerjakan apa yang kita suka. Bekerja keras, tidur lebih malam, bangun lebih awal.

***
Terima kasih kepada panitia, untuk talkshownya yang inspiratif.

Juga untuk Allah yang masih mengizinkan saya tuk dapatkan hikmah dari tiap peristiwa.
*Maka bacalah yang kau lihat, dan lihatlah yang kau baca*

Sumber: http://dkmalfurqan.co.cc/2010/12/the-power-of-woman-mencari-perempuan-indonesia/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

bagi2 komentnya ya... ^_^